Jumat, 09 Desember 2016

Hadir di Bali Democracy Forum, Palestina Dukung Pluralisme dan Sikap Toleran

Aditya Fajar Indrawan - detikNews

Foto: Dokumen Istimewa

Bali - Bali Democracy Forum (BDF) resmi dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Nusa Dua, Bali. Palestina turut hadir dalam forum yang mengangkat tema, yakni 'Agama, Demokrasi dan Toleransi' itu.

Dalam sambutannya pada General Debate (debat umum) yang dipimpin oleh Menlu RI Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki menyampaikan bahwa setiap element akan sangat berperan dalam mempromosikan demokrasi, pluralisme dan toleransi beragama.

"Saudara-saudara, kita semua tahu bahwa tidak ada ras yang lebih baik daripada yang lain, tidak ada agama yang lebih baik dari yang lain. Setiap benua dan setiap ras sebagian besar telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan umat manusia, jadi mari kita sebagai aktor negara, media dan masyarakat sipil memainkan peran yang berbeda dan kuat dalam mempromosikan demokrasi, pluralisme dan toleransi beragama." ungkap Riad Malki dalam keterangan pers yang diterima detikcom, Jumat (9/12/2016).

Terkait hal demokrasi, Riad menyatakan bahwa rakyat Palestina selama ini telah berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara di mata dunia.

"Rakyat Palestina selama ini telah berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara, dimanapun mereka berada selalu mencerminkan identitas dan keragaman. Menurut sejarah dan geografinya Palestina berada di persimpangan peradaban manusia. Karena berada ditengah keragaman itulah yang merekatkan perjuangan nasional bangsa Palestina dalam menghadapi ideologi yang berkembang pada eksklusivitas, pengucilan, diskriminasi dan penyangkalan sebagai sebuah negara," jelasnya.

Foto: Dok. Istimewa

Menurutnya, demokrasi juga berarti bahwa rakyat adalah sumber dari semua kekuatan, namun demokrasi juga berarti ada satu batas dimana tidak ada mayoritas, dan itu adalah kebebasan dan martabat bagi masing-masing umat manusia. "Demokrasi berarti untuk memastikan aturan hukum dan kebebasan berjalan secara bersamaan, dan bukan mengamankan satu pihak dengan mengorbankan pihak yang lain," tambahnya.

Riad Malki menyatakan bahwa tema BDF IX tentang "Agama, Demokrasi dan Pluralisme" sangatlah pas dengan kondisi dunia saat ini. Dirinya mencontohkan identitas agama yang meningkat di setiap sudut dunia, bukan karena kesadaran spiritual melainkan ditimbulkan dari rasa takut yang lain. 

"Di Eropa misalnya, Islamofobia terus meningkat dan banyak orang yang mengungkapkan keberatan mereka untuk menerima pengungsi dengan cara yang negatif. Banyak menggunakan "isu penyusupan ISIS" sebagai argumen untuk kebencian mereka terhadap pengungsi yang tidak berdaya," lanjutnya.

Dirinya berharap, pemerintah negara-negara di dunia harus bekerja lebih keras untuk membuka saluran dialog antara satu sama lain. Penegakan aturan hukum akan sangat memberikan kontribusi untuk mengurangi Islamophobia di Eropa dan Ekstremisme di Timur Tengah dan dengan demikian akan menimbulkan keamanan global dan kerukunan beragama. 

"Inilah sebabnya mengapa mengembangkan pemahaman antara semua orang di dunia menuntut kita untuk bekerja lebih dan lebih pada pendidikan. Sangat sesuai dengan apa yang dikatakan oleh seorang penulis dan juga dosen Amerika Helen Keller yang berkata 'Capaian tertinggi dari pendidikan adalah toleransi'," tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Dubes RI untuk Amman dan merangkap Negara Palestina, Teguh Wardoyo menyatakan bahwa kehadiran Menlu Palestina, Riad Malki di dalam ruang diskusi Forum Demokrasi ini sangatlah penting.

"Karena melalui forum ini Palestina bisa berbagi cerita dan best practices mengenai pengejawantahanan demokrasi di bumi Palestina, serta berharap dapat berbagi permasalahan bersama yang dihadapi dan mencari solusi kreatif," sambung Teguh.

Lebih lanjut Teguh mejelaskan kedatangan Menlu Palestina yang baru pertama kali hadir dalam forum BDF ini menyatakan sangat terhormat menjelaskan kepada utusan dari 95 negara lain di dunia mengenai pluralisme yang telah berjalan sejak lama di bumi Palestina. 

"Hal ini Karena pluralisme telah menjadi teladan bagi bangsa Palestina. Toleransi dalam masyarakat telah menjadi pemersatu warga Palestina dari semua latar belakang agama dan etnis mereka. Di Palestina, tidak mempermasalahkan apakah dia seorang Muslim Palestina, Kristen atau Atheis, juga tidak peduli apakah dia berasal dari bangsa Arab, latar belakang Armenia atau Sirkasia, mereka semua adalah pejuang Palestina yang akan membebaskan bangsanya dari penjajahan," ungkap Teguh.

(adf/dnu)

https://m.detik.com/news/berita/d-3366880/hadir-di-bali-democracy-forum-palestina-dukung-pluralisme-dan-sikap-toleran